MAKALAH " DAMPAK EMOSI KARENA DISFUNGSI OTAK "



BAB I
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS SUBYEK KASUS
KECEMASAN DALAM PSIKOLOGI

Identitas subyek        :

Nama                              : A
Jenis Kelamin                 : Laki-laki
Usia                                : 20Th
TTL                                : 9 September 1996
Berat Badan                   : 70Kg
Tinggi Badan                 : 175cm
Anak ke                          : 2(dua) dari dua bersaudara (Keluarga Kandung)
Agama                            : Islam
Pendidikan                     :
Alamat                           :



   A.    Identitas Keluarga
NAMA
L/P
UMUR
PENDIDIKAN
PEKERJAAN
KETERANGAN
S
L
48Th
Sd
Wiraswasta
Ayah Kandung
S
P
45Th
Sd
Ibu Rumah Tanga
Ibu Kandung
A
P
23Th
S1
Wiraswasta
Kakak Kandung
A
L
20Th
SMK
Wiraswasta
Subyek

 
   B.     GENOGRAM
Keterangan :  Lingkaran yang berwarna biru gelap adalah subyek. Subyek adalah anak kandung dari pasangan yang bernama S dan S


BAB II
PENGUMPULAN DATA


A.    Observasi

1)      Observasi Penampilan Fisik
Subyek adalah seseorang Laki-laki berusia 20th . Subyek berkulit sawo matang,berambut ikal pendek, mempunyai berat badan 70kg ,dan tinggi badan 175cm
2)      Observasi Lingkungan
Subyek tinggal bersama dengan ibunya. Subjek memiliki seorang kakak perempuan, kakak perempuan subyek sudah bekerja Wiraswasta disalah satu perusahaan yang berada di kota kudus, dan dirumah subyek tinggal pula kakek dan nenek subyek sedangkan ayah nya bekerja diluar kota.
3)      Observasi saat wawancara dengan subyek
Awal pertama wawancara subyek, saya datang kerumah subyek dan mengobrol dengan subyek seperti teman biasa. Saat mengajak bicara subyek, saya mengajukan pertanyaan kepada subyek, dan kemudian subyek menjawab pertanyaan yang saya tanyakan.

B.     Wawancara

1)      Autoanamnesa Subyek
A adalah laki-laki berusia 20th ,subjek saat ini sudah bekerja. Subjek mempunyai usaha sendiri dan usaha subyek dekat dengan rumah subyek. Dahulunya A adalah anak yang supel, periang, dan humble. Dari hasil wawancara subjek pernah mengalami kecelakaan 7 bulan yang lalu. Setelah kejadian itu subjek menunjukan sifat yang berbeda. Subyek menjadi anak yang mudah temperament(emosi), sering pusing sakit kepala jika subjek kelelahan memikirkan pekerjaannya. Subyek bercerita kepada saya tentang tragedi kecelakaan yang subyek alami. Subyek di diagnose oleh dokter bahwa mengalami gagar otak ringan dan salah satu saraf yang ada di bagian dahi kepala terputus. Dan subyek mempunyai 20 jahitan kepala bagian dahi.
A bercerita kepada saya jika A melihat mobil yang bermerk Terios Tx bewarna hitam kepala subyek langsung mengalami pusing dan sangat sakit dan subyek pun pernah sampai pingsan karena tidak sanggup untuk menahan sakit kepala yang subyek alami. Saat ini subjek sudah memberanikan diri untuk membawa mobil lagi, namun awal sepulang dari RS subjek tidak berani untuk membawa mobil sendiri. Terlepas subjek sudah memberanikan diri untuk membawa mobil namun A tidak berani untuk membawa dengan kecepatan yang tinggi dan subyek bercerita masih merasakan pusing yang amat sangat sakit ketika melihat mobil Terios hitam berseri Tx,dan emosi yang tidak bisa dikontrol ketika subyek sudah merasakan kecapekan dengan kerjaan usaha nya tersebut.
2)      Allowanamnesa Ibu Subyek
Berdasarkan hasil wawancara saya dengan ibu subyek. Setelah subyek mengalami kecelakaan yang menurut ibu subyek sangat fatal, dan ibu subyek mengatakan jika subyek tidak segera ditolong dan dibawa ke RS mungkin subyek sudah tidak ada saat ini. Dan kemudian ibu subyek bercerita setelah subyek mengalami kecelakaan subyek memang terkadang sangat emosi marah jika pusing subyek sedang kambuh karena kecapean dengan kerjaan subyek. Dan ibu subyek bercerita pernah suatu saat subyek sedang kerja subyek bilang keIbu nya bahwa subyek merasa pusing dan Ibunya menyuruh subyek untuk istirahat dahulu, namun subyek berkata “sebentar lagi bu’ nanggung”. Ibunya pun merasa khawatir karena subyek merasakan pusing tetapi disuruh untuk istirahat subyek tidak mau, selang beberapa menit subyek pun pingsan cukup lama. Kemudian ibu subyek merasa panic karena anaknya takut terjadi apa-apa. Tidak lama kemudian subyek siuman, ibu subyek merasa lega karena anaknya sudah siuman. Dan ada peristiwa dimana subyek emosinya sangat meledak-ledak karena pada saat subyek kelelahan dan ibunya meyuruh subyek untuk membeli infus untuk neneknya subyek berkata“aku kerja bu,capek, masih disuruh mondar mandir, suruh orang lain aja yang beli,aku udah capek”.wes mboh” ibunya pun langsng tidak berani untuk menyuruh subyek,ketika emosinya lagi tidak stabil.  Perasaan ibu subyek sangat khawatir ketika beliau teringat kecelakaan yang dialami oleh anaknya, karena subyek adalah satu-satunya anak laki-laki yang ibu subyek miliki.
3)      Allowanamnesa Teman Subyek
Berdasarkan hasil wawancara dari teman dekat subyek,subyek adalah anak yang baik,ramah,tidak sombong,jika dibutuhkan bantuan subyek akan membantu jika subyek bisa untuk dimintai bantuan,teman subyek yang berinisial T, saat ini keadaan subyek sehabis mengalami kecelakaan lebih emosian ketika sedang kambuh pusingnya dan subyek bercerita kepada T bahwa subyek masih takut untuk membawa mobil meski subyek hanya duduk disamping tidak membawa mobil sendiri, subyek pun meminta temannya untuk tidak mengungkit kecelakaan yang dialami subyek karena jika dibahas subyek merasa pusing.



BAB III
PERMASALAHAN

a)      Kondisi Kognitif
Sejak musibah kecelakaan yang dialami subyek, subyek tidak bisa diajak untuk berfikir yang keras untuk kemajuan usaha yang subyek miliki.
b)      Emosi
Kondisi emosional subyek tidak stabil, akibat kecelakaan yang dialaminya dan Dokter sudah memfonis bahwa subyek memiliki riwayat gagar otak ringan sehabis kecelakaan dan saraf yg terletak di kepala dahi terputus akibat benturan dan pecahan kaca yang menimpa subyek.
c)      Motorik
Subyek tidak bisa beraktifitas yang sangat berat,subyek yang terkadang lemas.


BAB IV
DASAR TEORI

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995).
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
a.       Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b.      Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c.       Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri
d.      Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e.       Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,  dan kemesraan
f.       Terkejut : terkesiap, terkejut
g.      Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h.      malu : malu hati, kesal
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pengertian Emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Selain itu ada pengertian Emosi menurut, Teori James-Lange yaitu Emosi yang dirasakan adalah persepsi tentang perubahan tubuh. Salah satu dari teori paling awal dalam emosi dengan ringkas dinyatakan oleh Psikolog Amerika William James: “Kita merasa sedih karena kita menangis, marah karena kita menyerang, takut karena kita gemetar”. Teori ini dinyatakan di akhir abad ke-19 oleh James dan psikolog Eropa yaitu Carl Lange, yang membelokkan gagasan umum tentang emosi dari dalam ke luar. Diusulkan serangkaian kejadian dalam keadaan emosi:
(1) kita menerima situasi yang akan menghasilkan emosi,
(2) kita bereaksi ke situasi tersebut,
(3) kita memperhatikan reaksi kita.
Persepsi kita terhadap reaksi itu adalah dasar untuk emosi yang kita alami. Sehingga pengalaman emosi – emosi yang dirasakan – terjadi setelah perubahan tubuh; perubahan tubuh (perubahan internal dalam sistem syaraf otomatis atau gerakan dari tubuh) memunculkan pengalaman emosional. Agar teori ini berfungsi, harus ada suatu perbedaan antara perubahan internal dan eksternal tubuh untuk setiap emosi, dan individu harus dapat menerima mereka. Di samping ada bukti perbedaan pola respon tubuh dalam emosi tertentu, khususnya dalam emosi yang lebih halus dan kurang intens, persepsi kita terhadap perubahan internal tidak terlalu teliti.
§  Teori Cannon-Bard
Emosi yang dirasakan dan respon tubuh adalah kejadian yang berdiri sendiri-sendiri. Di tahun I920-an, teori lain tentang hubungan antara keadaan tubuh dan emosi yang dirasakan diajukan oleh Walter Cannon, berdasarkan pendekatan pada riset emosi yang dilakukan oleh Philip Bard. Teori Cannon-Bard menyatakan bahwa emosi yang dirasakan dan reaksi tubuh dalam emosi tidak tergantung satu sarna lain, keduanya dicetuskan secara bergantian. Menurut teori ini, kita pertama kali menerima emosi potensial yang dihasilkan dari dunia luar; kemudian daerah otak yang lebih rendah, seperti hipothalamus diaktifkan. Otak yang lebih rendah ini kemudian mengirim output dalam dua arah:
§  ke organ-organ tubuh dalam dan otot-otot eksternal untuk menghasilkan ekspresi emosi tubuh,
§  ke korteks cerebral, dimana pola buangan dari daerah otak lebih rendah diterima sebagai emosi yang dirasakan.
Kebalikan dengan teori James-Lange, teori ini menyatakan bahwa reaksi tubuh dan emosi yang dirasakan berdiri sendiri-sendiri dalam arti reaksi tubuh tidak berdasarkan pada emosi yang dirasakan karena meskipun kita tahu bahwa hipothalamus dan daerah otak di bagian lebih bawah terlibat dalam ekspresi emosi, tetapi kita tetap masih tidak yakin apakah persepsi tentang kegiatan otak lebih bawah ini adalah dasar dari emosi yang dirasakan.
§  Teori Kognitif tentang Emosi
Teori ini memandang bahwa emosi merupakan interpretasi kognitif dari rangsangan emosional (baik dari luar atau dalam tubuh). Teori ini dikembangkan oleh Magda Arnold (1960), Albert Ellis (1962), dan Stanley Schachter dan Jerome Singer (1962). Berdasarkan teori ini, proses interpretasi kognitif dalam emosi terbagi dalam dua langkah:
1. Interpretasi stimuli dari lingkungan
Interpretasi pada stimulus, bukan stimulus itu sendiri, menyebabkan reaksi emosional. Contohnya, jika suatu hari kamu menerima kado dari Wini dimana Wini adalah musuh besarmu, maka kamu akan merasa takut atau bisa mengganggap bahwa kado tersebut berbahaya. Tetapi akan berbeda ceritanya bila Wini adalah seorang teman karibmu, maka kamu akan dengan senang hati menerima dan membuka kado tersebut tanpa curiga. Jadi dalam teori kognitifpada emosi, informasi dari stimulus berangkat pertama kali ke cerebral cortex, dimana akan diinterpretasi pada pengalaman masa kini dan lamapau. Lalu pesan tersebut dikirim ke limbyc system dan sistem saraf otonom yang kemudian akan menghasilkan arousl secara fisiologis.
2. Interpretasi stimuli dari tubuh yang dihasilkan dari arousal saraf otonom
Langkah kedua dalam teori kognitif pada emosi yaitu interpretasi stimulus dari dalam tubuh yang merupakan hasil dari arousal otonom. Teori kognitif menyerupai teori James-Lange teori menekankan pentingnya stimuli internal tubuh dalam mengalami emosi, tetapi sebenarnya itu berlanjut ke interpretasi kognitif dari stimuli, dimana hal tersebut lebih penting dari pada stimuli internal itu sendiri.
Ilustrasi tiga teori besar dari emosi:
(1) James-Lange theory,
(2) Cannon-Bard theory, dan
(3) Cognitive theory



 
BAB V
DIAGNOSIS

A.    Diagnosis Multiaksial Terhadap Subyek
DIAGNOSIS
MULTIAKSIAL
KODE DIAGNOSIS &
NAMA DIAGNOSIS
PEDOMAN DIAGNOSIS DARI PPDGJ III
SYMTOM YANG MUNCUL PADA SUBYEK
Aksis I
1.      F07 GANGGUAN KEPRIBADIAN dan PERILAKU AKIBAT PENYAKIT, KERUSAKAN dan DISFUNGSI OTAK
·         F07.0 Gangguan Kepribadian Organik
·         Riwayat yang jelas atau hasil pemeriksaan yang mantap menunjukan adanya penyakit,kerusakan atau disfusi otak.
·         Disertai, dua atau lebih, gambaran berikut :
a)      Penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk mempertahankan aktifitas yang bertujuan (goal-di-rected activities), terutama yang memakan waktu lebih lama dan penundaan kepuasan;
b)      Perubahan perilaku emosional, ditandai oleh labilitas emosional, kegembiraan yang dangkal dan tak beralasan (euphoria, kejenakaan yang tidak sepadan), mudah berubah menjadi iribilitas atau cetusan amarah dan agresi yang sejenak; pada beberapa keadaan, apati dapat merupakan gambaran yang menonjol;
·         Subyek mengalami kecelakaan mobil,dan diagnose oleh Dokter syaraf kepala yang terletak di dahi terputus,  dan GAGAR OTAK ringan,





·         Subyek tidak dapat melakukan aktifitas yang sangat berat dan tidak boleh memikirkan hal yang sangat berat “subyek pernah kelelahan akibat kerjaan dan mengakibatkan subyek merasa sangat pusing hingga pingsan”.



·         Pada saat subyek melakukan aktifitas dikerjaan subyek diberi tugas oleh ibu subyek untuk membeli barang-barang yang sudah habis ditoko subyek sedangkan subyek masih melayani pembeli yang ada ditoko, hal tersebut membuat emosi subyek tersulut kemudian subyek melempar nota yang ada dimeja untuk menotal barang-barang yang dibeli oleh pembeli.
Aksis II
·         F60.3 GANGGUAN KEPRIBADIAN EMOSIONAL TAK STABIL
·         Terdapat kecendrungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsive tanpa mempertimbangkan  konsekuensinya, bersamaan dengan ketidak stabilan emosional.
·         Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri.
·         saat subyek bekerja jika kelelahan emosi subyek mulai tidak stabil misal “karena sudah kelelahan subyek pernah membentak ibunya untuk mengelola usahanya dan tidak memikirkan perasan ibunya karena subyek membentak ibu kandung sendiri.
·         subyek pun membentak orang-orang yang ada disekitarnya bila subyek sedang tidak stabil emosinya
Aksis III
·         Bab VI G00-G99 Penyakit susunan saraf
-
·         Subyek di diagnose oleh dokter bahwa mengalami gagar otak ringan dan salah satu saraf yang ada di bagian dahi kepala terputus. Dan subyek mempunyai 20 jahitan kepala bagian dahi.

Aksis IV
·         Masalah Pekerjaan
-
·         Ketika subyek kelelahan kemudian subyek merasa pusing sehingga emosi subyek tidak terkontrol, dan berakibat pekerjaan subyek berantakan .
Aksis V
·         GAF 70-61
·         Beberapa gejala ringan & menetap , disabilitas ringan dalam fungsi,secara umum masih baik
·         Ketika subyek merasa lelah subyek sering merasa pusing dan emosi subyek tidak stabil,tetapi subyek masih bisa mengerjakan pekerjaannya.

 
BAB VI
PENUTUP

A.    Kesimpulan.
Berdasarkan dari observasi dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa symptom-symptom yang ditunjukan oleh subyek masuk dalam kriteria PPDGJ III – DSM V dan dapat didiagnosis berdasarkan diagnosis multiaksial Aksis I, Aksis II, Aksis III, Aksis IV dan Aksis V.
B.     Saran
1.      Teman-teman subyek
Kepada teman-teman subyek harus selalu memberikan support pada subyek, memberikan motivasi, selalu mengingatkan pada subyek dan menasehati untuk mengontrol emosi pada diri subyek.








Facebook CommentsShowHide

0 komentar