Mengenal Berbagai Bahan Kimia Pada Makanan
Paparan bahan kimia berbahaya tidak bisa dihindari dalam kehidupan kita sehari-hari. Salah satunya adalah residu (bahan kimia yang masih tersisa pada bahan pangan) pestisida yang terdapat dalam sayuran dan buah yang dikonsumsi. Tanpa sadar residu pestisida masuk ke dalam tubuh melalui hidangan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Makin tinggi residu tentunya akan makin berbahaya.
Mengenal Pestisida
Saat ini kebutuhan akan buah dan sayuran semakin meningkat, kondisi tersebut mendorong petani melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kapasitas produksi. Salah satunya adalah penggunaan pestisida untuk mengurangi faktor penghambat produksi pertanian agar hasil produksi berlimpah. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk membasmi hama tanaman, baik berupa jamur, bakteri, gulma, maupun serangga. Sesuai dengan keperluannya, pestisida dibagi dalam tiga jenis, yakni fungisida untuk membunuh jamur, bakterisida untuk membunuh bakteri, daninsektisidauntuk membasmi serangga.
Walau pengunaan pestisida terbukti efektif meningkatkan produksi pertanian, bukan berarti penggunaannya tidak menimbulkan dampak buruk, baik dari sudut pandang kesehatan maupun ekonomi.Penggunaan pestisida dalam budidaya pertanian memang dilematis, karena di satu sisi penggunaannya bermanfaat untuk meningkatkan hasil tanam, namun di sisi yang lain dapat berbahaya bagi kesehatan manusia jika penggunaannya berlebihan. Selain itu, penggunaan pestisida secara berlebihan juga mengurangi daya jual produk pertanian karena kandungan residu pestisida menjadi salah satu pertimbangan diterima atau ditolaknya produk pertanian oleh negara importir. Negara maju umumnya tidak mentolerir adanya residu pestisida pada bahan makanan yang masuk ke negaranya. Belakangan ini produk pertanian Indonesia sering ditolak di luar negeri karena residu pestisida yang melampaui ambang batas.
Risiko Kesehatan
Pestisida merupakan senyawa kimia yang tidak mudah terurai. Jika terkonsumsi, residu pestisida tidak mudah dikeluarkan dan akan mengendap di dalam tubuh. Dalam jumlah yang kecil, tubuh masih dapat menetralisir residu pestisida. Namun jika asupannya sering dan dalam jangka waktu lama maka dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Paparan pestisida dapat menyebabkan dua jenis dampak bagi kesehatan, yaitu efek akut yang bersifak jangka pendek, dan efek kronis yang bersifat jangka panjang. Seberapa parah dampak kesehatan ini ditentukan oleh beberapa faktor seperti dosis, jalur paparan, kerentanan genetika seseorang, usia ketika terpapar, kondisi kesehatan umum penderita, durasi paparan, faktor lingkungan, dan penyerapan bersamaan dengan bahan kimia lain melalui faktor lainnya.
Dampak paparan pestisida yang bersifat akut di antaranya: iritasi mata dan pengeluaran air mata terus menerus, luka tertentu pada kulit, memar, pembengkakan, luka bakar, kulit gatal, sakit kepala, depresi, kejang otot, kurang koordinasi antara otak dan otot, hingga kehilangan kesadaran. Pestisida yang terhirup melalui saluran pernafasan menyebabkan sakit tenggorokan, pilek, batuk, kesulitan bernafas, hingga kegagalan bernafas. Jika pestisida masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan, dampak akut yang ditimbulkannya berupa gejala keracunan seperti denyut jantung tidak teratur, mual, muntah, diare, dan nyeri perut.
Kejadian serius mengenai keracunan pestisida pernah terjadi di provinsi Shandong, China. Petani setempat yang kurang memahami dampak pestisida menggunakan pestisida yang sangat beracunparathion, ketika seharusnya mereka menggunakan trichlorphon pada tanaman ubi. Kejadian ini menyebabkan 300 oarng mengalami gejala keracunan dan 3 orang meninggal.
Paparan pestisida dalam jangka panjang menimbulkan gangguan kesehatan yang bersifat kronis. Di antaranya adalah: peningkatan risiko kanker,kerusakan sistem saraf (misal Parkinson), gangguan reproduksi serta kerusakan organ tubuh.
Selain itu pestisida bersifat mutagenik yang dapat menyebabkan kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang dan teratogenik yang dapat menyebabkan bayi lahir cacat dari ibu yang secara rutin mengkonsumsi sayuran dan buah yang disemprot pestisida. Sekitar 40 % kematian di dunia disebabkan oleh pencemaran lingkungan termasuk tanaman-tanaman yang dikonsumsi manusia, sementara dari 80 ribu jenis pestisida dan bahan kimia lain yang digunakan saat ini, hampir 10 % bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker. Sebuah penelitian tentang kanker menyebutkan sekitar 1,4 juta kanker di dunia disebabkan oleh pestisida.
Sayur dan Buah
Sayuran dan buah merupakan bahan pangan yang cukup tinggi cemaran pestisidanya. Oleh karenanya sebagai konsumen kita harus mewaspadai dan memperhatikan karakteristik dari masing-masing jenisnya.
Di lapangan, biasanya petani memberikan perlakuan berbeda-beda terhadap masing-masing buah dan sayuran. Sebagai contoh sayuran jenis kol, petai, brokoli, kembang kol, buncis, paprika, kacang panjang, tomat, cabai, bawang dan kapri cukup tinggi cemaran pestisidanya karena jenis tanaman ini sangat rentan terhadap serangan serangga dan jamur sehingga para petani sering menyemprotkan insektisida dan fungisida pada sayuran tersebut. Selain itu sayuran tersebut biasanya dimasak tanpa di kupas sehingga kemungkinan terbawanya pestisida yang menempel di permukaan sayuran sangat besar, apalagi bila konturnya berlekuk seperti brokoli dan kembang kol. Karena kontur yang berlekuk menyebabkan pestisida melekat lebih erat dan susah larut saat di cuci.
Jenis sayuran yang rendah cemaran pestisidanya adalah daun melinjo, daun singkong, bayam, genjer, daun pepaya, bunga pepaya, dan daun kemangi. Petani biasanya jarang melakukan penyemprotan hama pada jenis sayuran ini karena jarang diserang hama.
Ada juga beberapa sayuran yang hampir tidak di jumpai pestisida seperti kecambah atau tauge, karena sayuran ini adalah tunas muda yang disemaikan tidak melalui media tanah sehingga tidak perlu dilakukan penyemprotan pestisida.
Buah impor yang biasanya dimakan langsung tanpa dikupas kulitnya seperti apel, pir, anggur, jambu biji, belimbing, stroberi dan blueberry memiliki risiko pencemaran pestisida yang lebih besar karena buah-buahan ini sangat rentan terhadap serangan hama sehingga petani banyak menggunakan pestisida, kecuali bila di budidayakan secara organik. Buah lokal seperti pisang, pepaya, nanas, sirsak, duku, rambutan , salak, durian , melon, semangka dan mangga memiliki cemaran pestisida yang rendah karena buah ini akan dikupas kulitnya sebelum di makan.
Sebagai konsumen, kita harus cermat dalam mengamati penampakan sayuran dan buah sebelum membeli. Sayuran dan buah yang bopeng atau ada lubang bekas termakan ulat biasanya justru merupakan sayuran yang dibudidaya tanpa menyemprotkan pestisida. Sebaliknya, sayuran dan buah yang terlihat mulus biasanya hasil pertanian yang menggunakan pestisida.
Tips Mengurangi Residu Pestisida
Paparan residu pestisida berbahaya terdapat di hampir semua jenis sayuran dan buah yang akan kita konsumsi. Solusi terbaik adalah dengan memilih sayuran dan buah organik, namun kendalanya harganya relatif lebih mahal. Keuntungan lain dari sayuran dan buah organik, selain bebas pestisida juga mengandung nilai nutrisi seperti vitamin dan mineral yang lebih tinggi dibandingkan sayuran dan buah yang di budidayakan secara anorganik.
Jika sulit memperoleh produk pertanian organik, mengurangi residu pestisida yang menempel pada sayuran dan buah dapat dilakukan dengan metode memasak yang baik. Mencuci buah dan sayuran dengan menggunakan air mengalir sangat disarankan agar residu pestisida yang menempel tersebut dapat larut atau hilang. Mengupas buah seperti pir, apel dan sayuran seperti wortel sangat disarankan karena residu pestisida dapat melekat erat di kulit buah meskupun sudah di cuci bersih. Memasak sayuran dengan cara merebus, mengukus atau digoreng juga dapat melarutkan residu pestisida hingga 90%. [dr Novie H, MKK, dokterkuonline.com]